Friday, 22 May 2009

materi tambahan

Perubahan Paradigma Media Massa

Media massa ikut berperan sebagai lembaga pendidikan --selain peran dasar lain berupa penyalur informasi dan alat kontrol sosial— namun bagaimana mungkin media bisa mendidik pembaca dan pemirsa atau pendengarnya jika tidak memperhatikan hal-hal kecil. Termasuk penggunaan tata bahasa yang baik dan benar sesuai ragam jurnalistik.

Paradigma media massa telah berubah. Media dituntut untuk memainkan paradigma baru. Kalau dulu media hanya berperan menjadi penyalur informasi, maka kini ia menjadi fasilitator, penyaring, dan pemberi makna dari sebuah informasi. Media massa kini bertugas “membawa” audiences-nya masuk dalam dunia makna lebih luas, tidak terbatas pada tempat dan waktu kejadian sebuah peristiwa.

Perubahan paradigma itu seharusnya diikuti pula oleh perubahan pada diri sang jurnalis. Jurnalis tidak lagi cukup hanya mengandalkan kerja keras tetapi juga harus bekerja cerdas.

Dengan demikian maka media pun dapat mengajak masyarakat (audiences) pada sesuatu yang penting. Dari soal pendidikan, jalanan berlubang, perumahan yang kebanjiran, dan lain-lain, masyarakat diajak paham dan terlibat. Media yang memberitakan suatu peristiwa (misalnya: pendidikan) secara dangkal, semborono, dan tidak lengkap, sering disebut tidak akurat dan tidak cover both sides. Ini berbahaya bagi masyarakat sehingga harus dihindari. (fri@journalist.com)

Manajemen Majalah Dinding Sekolah

By M Djufri Rachim

Redaktur Pengembangan SDM dan Riset Harian Kendari Pos

/Direktur Journalist Course Centre (JCC) AJI Kendari

Disampaikan Lokalatih Dasar-dasar Jurnalistik Lingkungan bagi Pelajar SMP-SMA Lingkup Wakatobi,

16-17 Desember 2006 yang diselenggarakan DKC Gerakan Pramuka Wakatobi dan LSM Komingku dan Focil.

Majalah dinding sekolah secara sederhana dapat diartikan sebagai salah satu sarana bagi penghuninya (siswa dan/atau guru) untuk menyalurkan bakat dan minat di bidang tulis-menulis. Isinya bisa berupa berita seputar sekolah, opini tentang suatu masalah yang lagi trend, informasi mengenai perkembangan teknologi, dan lain-lain yang merupakan hasil kreasi pengelolanya. Melalui Mading siswa atau guru dapat mengaktualisasikan dirinya, tentu melalui hasil karya sesuai kebutuhan Mading tersebut.

Mading sebagai sarana komunikasi membutuhkan pengelolaan yang baik, sehingga pesan yang disampaikan bisa mencapai sasaran sebagaimana yang diinginkan pengelolanya. Pengelolaan yang baik itu secara sederhana mencakup dua hal; yakni manajemen organisasi dan manajemen redaksional.

Manajemen Organisasi

Mading sebagai organisasi intra sekolah mutlak memerlukan manajemen yang baik. Manajemen organisasi di sini mencakup bidang usaha dan ketatausahaan (administrasi).

Tugasnya adalah membantu kelancaran penerbitan Mading sesuai periode terbit. Bidang inilah yang mengatur keuangan, administrasi, sponsorship, dan segala tetekbengek yang tidak berhubungan secara teknis dengan keredaksian.

Bagian ini dipimpin oleh seorang Pemimpin Umum, dibantu oleh beberapa bagian/seksi, seperti bagian Administrasi, Keuangan, Sponsorship, dll, sesuai kebutuhan Mading. Bagian administrasi bertugas membantu kelancaran administrasi, misalnya surat-menyurat dengan pihak luar atau internal sekolah. Bagian keuangan bertugas mengatur sirkulasi keuangan Mading, misalnya terkait dengan biaya cetak foto, transportasi reporter, dll. Sedangkan bagian sponsorship bertugas mencari pihak sponsor seperti pihak-pihak yang akan beriklan pada Mading.

Manajemen Redaksional

Bagian redaksional merupakan bagian yang mengurus meteri pemberitaan Mading. Bagian ini dipimpin seorang Pemimpin Redaksi yang bertanggungjawab atas pekerjaan yang terkait dengan pencarian dan pelaporan berita. Bagian ini senantiasa disibukkan dengan rapat yang menentukan informasi layak dan tidak layak disiarkan.

Organisasi keredaksian harus diisi oleh orang-orang yang punya pemahaman baik terhadap teknis tulis-menulis.

Strukturnya organisasi redaksi terdiri Pemimpin Redaksi, Redaktur Pelaksana, Redaktur dan Reporter. Pemimpin redaksi bertanggung jawab penuh atas isi/materi Mading. Redaktur Pelaksana akan mengkoordinir tugas-tugas keredaksian melalu para redaktur. Redaktur memberi tugas liputan kepada para reporter, setelah itu melakukan editing atas tulisan reporter sekaligus menentuakan layak tidaknya sebuah tulisan untuk disiarkan. Sedangkan reporter bertugas mencari berita di lapangan, baik ditugaskan oleh redaktur maupun atas inisiatif sendiri.

Bagan Organisasi Mading

Dari dua bagian manajemen tersebut di atas dapat digambarkan bagan organisasi Mading sebagai berikut:

Pembina

Pemimpin Umum

Pemimpin Redaksi

Bag. Administrasi

Bag. Keuangan

Bag. Sponsorship

Redaktur Pelaksana

Redaktur

Reporter

Perencanaan Redaksi

Mutu atau kualitas Mading sangat ditentukan oleh isi (berita, gambar, feature, opini, dll) dari Mading itu sendiri. Sehingga sebaiknya isi Mading pun perlu direncanakan secara matang oleh pengelolanya, khususnya Bagian Redaksi.

Perencanaan keredaksian ini dapat dimulai dari perencanaan liputan yang bisa bersumber dari reporter, redaktur, rredaktur pelaksana atau bahkan pemimpin redaksi. Perencanaan tersebut ditentukan dalam sebuah rapat yang disebut raoar redaksi. Dalam rapat bersama tersebut akan terungkap hal-hal seperti:

- Ide/gagasan liputan

- Penentuan angle/sudut pandang/topik

- Pembagian tugas (Siapa jurnalisnya, siapa nara sumbernya, berapa biayanya, perlu foto pendukung atau tidak?, dll)

- Dead line

Berkaitan dengan peliputan bahan maka beberapa hal yang perlu diketahui:

  • Persiapan Reporter

- Pemahaman: Masalah, Peraturan Perundang-undangan, Hukum, dll.

- Peralatan: Tape recorder, alat tulis menulis (note boke = standar internasional), kamera, dll.

  • Sumber:

- Studi Pustaka (Literatur: buku-buku, media massa lain, internet, dll)

- Pakar, pengamat, Praktisi

- Pihak terkait (tersangka, pelaku, korban, dll)

- Sumber anonym

  • Wawancara:

- Etika wawancara/menemui sumber (memperkenalkan diri = standar normal di lingkungan mana kita berada)

- Berita harus diperoleh secara etis dan terbuka

- Wawancara Telepon

Rubrikasi

Mading perlu menentukan jenis-jenis rubric yang ditampilkan setiap edisi. Rubrik ini sebaiknya bersifat permanent. Umumnya rubrikasi menyangkut:

- Berita Sekolah

- IPTEK

- Surat Pembaca

- Feature (Misalnya tentang lingkungan)

- Cerpen

- Puisi

- Dll.

Setiap rubric mempunyai penanggungjawab seorang redaktur dan memiliki reporter di bidangnya.

Jadwal Terbit

Mading mempunyai jadual terbit atau disebut periode terbit, dapat bersifat, mingguan, dua mingguan atau bulanan. Periodesasi terbit ini harus dilakukan secara konsiten, artinya kalau memilih jadwal terbit mingguan maka setiap minggu (misalnya setiap hari Senin) isi Mading harus berganti dengan materi baru.

Pemilihan jadwal dan periode terbit dilandasi oleh kemampuan pengelola dalam memenuhi besaran halaman yang ada pada Mading. Ukuran Mading harus disesuaikan dengan jumlah personil pengurus.

Tata Letak (Lay Out)

Penataan Mading atau disebut lay out sangat penting untuk menarik minat pembaca. Boleh jadi isi beritanya biasa-biasa tetapi karena llay out-nya bagus maka orang pun akan tertarik untuk membaca materi yang ditampilkan pada Mading.

Unsur-unsur yang perlu diperhatikan dalam lay out Mading:

  1. Bentuk fisik Mading (ukuran dan bahan Mading)
  2. Iklan yang akan dimuat (jumlah, ukuran dan gambarnya)
  3. Berita/pendapat (ukuran panjang)
  4. Gambar (foto, lukisan, karikatur), ukuran dan isinya.
  5. Huruf (jenis dan ukuran yang digunakan)
  6. Line (tebal, tipis, putus-putus, atau titik-titik)
  7. Warna (hitam atau banyak warna)

Unsur-unsur tersebut harus dikombinasikan satu sama lain dalam satu kesatuan Mading sehingga halaman (kolom) tersebut mencerminkan satu kesatuan yang indah.

Selain memperhatikan unsure-unsur tersebut di atas, dalam mendesain Mading perlu memperhatikan beberapa aturan dasar:

  1. Kita perlu tahu bahwa desainer ini ditujukan bagi pembaca. Fokus kita selalu pada pembaca, walaupun kita sendiri punya ide-ide atas dekorasi atau tampilan Mading namun kita selalu bertanya, apakah dengan tampilan demikian pembaca masih mau melihat Mading kita besoknya?
  2. Tampilan kita buat sesederhana mungkin. Dari kesederhanaan kita sodorkan sesuatu yang mudah dimengerti pembaca.
  3. Kita membuat pembaca langsung fokus terhadap sesuatu yang kita tampilkan. Apakah itu berupa berita atau foto, yang dapat dilihat dari segi huruf (tipe, size, warna, dll) dan ukuran besar kecilnya foto.
  4. Tampilan halaman jangan ada sesuatu objek yang bersaing antara satu dengan lainnya.
  5. Mempunyai standarisasi terhadap suatu besar kecilnya kolom. Waspadai kolom yang terlalu lebar. Juga waspadai berita yang terlalu panjang dan juga terlalu pendek.
  6. Pilihan warna untuk membantu desainer.
  7. Harus punya standar jarak antara judul dan isi berita, antara berita dengan berita, dan antara berita dengan iklan.
  8. Konsisten terhadap judul yang center atau rata kiri dari halaman ke halaman dan dari edisi ke edisi.
  9. Jangan paksakan huruf-huruf yang harus termuat, utamanya untuk judul yang kata-katanya terlalu panjang sehingga harus merapatkannya atau menariknya menjadi panjang untuk judul yang terlalu pendek.
  10. Antara logo (bener) dengan headline usahakan jangan bersaing antara satu dengan lainnya.
  11. Foto harus mempunyai tingkatan dari segi ukuran yang ditampilkan pada setiap halaman. Kredit foto harus ditulis secara konsisten pada setiap halaman dan setiap edisi.

Evaluasi

Setiap Mading selesai diterbitkan, maka segenap pengelola harus segera melakukan evaluasi. Dalam evaluasi itu akan dilihat apa-apa yang kurang dalam tampilan kali ini sehingga menjadi bahan perbaiki untuk edisi selanjutnya.

Pengelola Mading juga wajib memperhatikan saran dan kritik dari pembaca, sebagai bahan evaluasi. (fri@journalist.com)

dari lomba mading smk

Beberapa Pemahaman Dasar Jurnalis

Setiap jurnalis dalam melaksanakan tugas sama saja. Apakah ia bertugas di bibidang pendidikan atau bidang lainnya, mempunyai standar kerja liputan yang sama. Bukankah karya jurnalistik bidang pendidikan juga dapat berupa straight news, investigative reporting, indept news, reportase, human interest news, artikel, foto, dan grafis.

Karena itu maka jurnalis di bidang pendidikan juga dituntut untuk mengenal dan memahami hal-hal berikut:

Paham Profesi

l Sudah pasti menjadi seorang profesional harus memahami pekerjaannya.

l Wartawan paham apa straight news, investigative reporting, indept news, reportase, human interest news, artikel, foto berita, dan grafis yang bernilai berita.

l Paham doktrin ‘’berita bukanlah sebuah kalender, seperti matahari setiap pagi terbit di Timur’’. Berita harus (seperti) ‘’matahari terbit di barat’’, atau ‘’orang menggigit anjing’’. Sebuah berita standar harus memenuhi syarat-syarat jurnalistik (5W + 1H), tujuan jurnalistik (memikat untuk dibaca), dan laku dijual (merangsang orang untuk membeli).

l ‘Berita heboh’’, harus paham aspek how to gate, how to write, dan how to present.

Paham Berita

l Berita bukan fiksi. Berita selalu berdasarkan fakta. Fakta terdiri dari fakta pribadi dan fakta publik. Berita selalu menyangkut fakta publik, bukan fakta pribadi. Fakta publik mencakup fakta empirik dan fakta psikologis.

l Fakta empirik itu peristiwa riil terjadi; kebakaran, banjir, longsor, mati lampu, penggusuran, bencana alam, angin taupan, pembunuhan, diskusi, seminar, lokakarya, demonsrtasi, atau gantung diri. Wartawan ‘haram’ mengabaikan atau tidak meliput fakta empirik, walaupun bukan pos liputannya.

l Wartawan ‘’haram’’ menulis berita fakta empirik jika tidak datang langsung ke Tempat Kejadian Perkara (TKP).

l Tidak sepantasnya wartawan tidak mengetahui dan memahami berita dan fakta pribadi, fakta publik, fakta empirik, dan fakta psikologis.

Satu Berita Banyak Sumber

l Menurunkan satu berita harus dari banyak sumber. Satu sumber untuk banyak berita adalah tindakan yang asal-asalan, bukan standar Profesional. Sumber harus yang kredibel, punya integritas dan kepakaran/ketokohannya diakui oleh masyarakat.

l Sembarang sumber adalah tindakan merusak citra dan kredibilitas Profesional, dan wartawan/reporter yang bersangkutan merendahkan martabatnya sendiri. Terkait di sini, wartawan harus mendalami setiap persoalan yang sedang diliput agar dapat menggali banyak informasi yang menarik, bernilai berita dan dengan mudah dapat menemukan angle lain yang unik dan memikat pembaca.

Utamakan Data, Investigasi dan Analisis

l Wartawan malu jika beritanya hanya berkisar pada ‘’talking news’’. Harus lebih banyak menyajikan data, doyan melakukan investigasi dan akurat dalam menyajikan analisis sebuah persoalan.

l Sudah bukan zamannya sebuah berita sekadar memberi informasi. Sebuah berita sudah selayaknya kaya informasi sekaligus memberi motivasi dan inspirasi, bahkan dapat menimbulkan empati bagi para pembaca. Hanya dengan demikian karya jurnalistik menjadi menarik, punya karakter, dan mampu membentuk fanatisme pembaca terhadap media. Jika hanya berkutat pada berita ‘’talking news’’, itu hanyalah ”wartawan kelas majalah dinding”.

Prosedur Berita Harus Benar

l Apapun beritanya, harus dibuat atas motivasi yang baik, bukan untuk menghancurkan, apalagi merusak reputasi seseorang.

l Niat baik itu tercermin pada tata cara memperoleh berita, menulis berita, dan menyajikan berita.

l Sebuah berita harus diperoleh melalui cara-cara yang benar, disajikan dengan cara-cara yang benar dan penyajiannya dilakukan dengan tata cara yang benar.

l Sebuah berita yang tidak mengandung kebenaran dapat saja terjadi. Tetapi yang tidak boleh terjadi adalah tata cara dan prosedur memperoleh, menulis dan menyajikan berita yang keliru. Sepanjang niat baiknya untuk mengungkap kebenaran, menyangkut kepentingan publik, dan sudah dilakukan dengan cara-cara dan prosedur perolehan, penulisan dan penyajian berita yang benar, kekeliruan dalam sebuah berita tidak bisa divonis sebagai sebuah niat jahat jurnalis. Sebaliknya, kebenaran (untuk kepentingan) publik yang tidak diberitakan seharusnya menjadi kesalahan jurnalistik yang sulit dimaafkan.

Berpandangan Positip

l Wartawan setiap hari berinterkasi dengan berbagai macam orang dari berbagai lapisan, status sosial, latar belakang, dan kepentingan. Harus melihat siapa saja dari perspektif positif. Wartawan tidak boleh menganggap remeh seseorang, meskipun jelas-jelas dia adalah seorang koruktor, misalnya, atau tersangka narkoba.

l Wartawan harus tetap respek kepada sifat kemanusiaan yang melekat pada setiap insan. Ini akan menjadi modal dasar yang paling berharga untuk bisa menjalin hubungan dengan siapa saja, sekaligus modal untuk saling memahami profesi dan posisi masing-masing. Harus selalu diupayakan bahwa seberapa kritis pun wartawan terhadap suatu persoalan, atau ‘segila’ apapun wartawan ‘mengobok-obok’ sumber berita, mereka akan memahami posisi wartawan dan menghargai wartawan sebagai profesi terhormat dan bermartabat.

Tuesday, 19 May 2009

DIGUGAT DUNIA PENDIDIKAN???

DIGUGAT PENDIDIKAN??

Kerjasama yang dibutuhkan.

pendidikan menumbuhkan semangat nasionalisme

Dan patriotisme guna memperjuangkan

Kepentingan bagsa diatas kepentingan-

Kepentingan politik yang kerdil dan sempit yang

Kemudian hanya mengorbankan kepentingan

Bangsanya. Pendidikan itu berupaya sekuat tenaga

Meanamkan rasa persaudaraan. Persamaan,

Kesetiakawanan, dan kebersamaan hidup senasib

Seperjangan, membela bangsa dalam segala

Bentuk penindasan, baik secara fisik maupun

Psikis, tidak peduli apakah penindasan tersebut

Berasal dari luar negeri maupun dari dalam negeri

sendiri. Pendidikan pun bermuara guna melahirkan

dengan segala cara, agar dapat dimanfaatkan bagi

kebesaran dan kemakmuran bagsa.

(Ki Hadjar Dewantara)

Masalah pendidikan kini, menjadi masalah yang perlu kita perhatikan. Dari dulu hingga sekarang pendidikan adalah materi paling asyik dibicarakan. Apalagi di Indonesia. Entah itu mengenai system pendidikannya, sarana belajarnya, pengajarnya, atau mengenai pelajarnya. Hiruk pikuk dunia pendidikan Indonesia yang sedang berkembang saat ini, belumlah mencapai tujuan utama pendidikan Indonesia. Dengan bukti banyaknya putra putrid bangsa, yang belum mendapat kesempatan belajar disekolah sekolah padahal mereka adalah siswa yang cerda. Mereka bekerja untuk memenuh kebutuhans ehari hari. Anak anak Indonesia masih perlu perhatian dalam hal pendidikan. Baik itu pendiidikan dasar atau menengah. Karena mereka juga memiliki hak yang sama sebagai warga Negara. Maka dari itu pendidikan dapat mengugat pemerintah agar berlaku lebih bijaksana. Dalam konten ini tidak hanya pemerintah yang mendapat gugatan dari pendidiakn Indonesia, namun juga pelajar dan pengajar.

Hal yang telah penulis ceritakan diatas ( perjuangan putra putrid Indonesia menuntut haknya) sangat kontra atau berbanding terbalik dengan kenyataan disekolah- sekolah. Banyak pelajar tidak bersemangat dalam mengikuti pelajaran. Berangkat sekolah hanya sekedar menjalankan perintah orang tua, mencari teman, ajang pamer kekayaan, menghindari tugas rumah bahkan ada juga yang sekolah itu hanya untuk mendapat uang jajan. Sungguh memprihatinkan keadaan pelajar yang seperti itu. Kejadian diatas menunjukan bahwa kuranngnya pemahaman pendidikan dinegeri ini.

Diterangkan dalam Undang- Undang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) pasal 1 No.20 Tahun 2003, bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencanan untuk menunjukkan suanan belajar dan peruses pembelajaran agar peseta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak, seta keterampilan yang dipelukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

Dan apa makna kata dari “Ingngarso Sub Tulodo, Ing Madyamangun Karso, Tut Wuri Handayani.”. Didepan memberikan teladan( contoh), ditengah membangkitkan niat, dan dibelakang memberikan dorongan semangat”.

Jika Anda memahami kedua sumber diatas( UUSPN dan Semboyan dari Ki Hadjar Dewantara), Anda akan menemukan jawaban dari permasalahan pendidikan di Indonesia. Yaitu kesadaran diri sendiri, niat yang kuat, berjuang dengan kemampuan kitamasing- masing, kerjasama, dan kepasrahan pada Tuhan Yang Maha Esa. Kesadaran akan pentingnya memperhatikan pendidikan, niat kuat untuk memperoleh dan memajukan pendidikan, berjuang dengan kemampuan masing- masing tidak hanya bersandar pada orang lain (mandiri), dan bekerjasama antar pihak untuk mencapai tujuan bersama. Disini kerjasama antara pemerintah dan pelajar adalah hal yang wajib dilakukan. Pasalnya tanpa kerjasama tersebut, pendidikan Indonesia tak akan maju walau pun hanya sejengkal saja.

Dengan demikian diharapkkan semangat belajar para siswa terus meningkat dan perhatian pemerintah terhadap pendidikan tidaklah sekedar menceburkan tongkat keair lalu mengangkatnya. Dengan itu, pendidikan Indonesia dapat terus berkembang dan mencapai apa yang menjadi tujuan nasional pendidikan Indonesia. Semangat untuk pendidikan.(Deva)

Artikel mading semego!!!

Sunday, 3 May 2009

ILMU POLITIK

Teori ilmu politik adalah sebagian besar cabang yang perlu untuk dipelajari dalam dunia perpolitikan, teori ini menyangkut kupasan yang dasar terhadap ilmu politik, mulai dari asal- mulanya, evolusi, sifat dasar, tujuan atau maksud, fungsi, organisasi politik dan sebagainya.

Melalui teori ini bukan saja mengupas hal yang diatas belaka, tetapi juga mencoba menelusuri berbagai aspek hukum secara umum untuk ditetapkan didalam negara. Sedangkan filsafat ilmu politik menjadi bagian dari teori, setiap aksi perpolitikan sering menunjukkan beberapa pokok nilai terhadap teori ilmu politik, dan ini tepat, oleh karena itu, prinsip- prinsip yang diutamakan oleh para ilmuwan, aktivis politik harus memiliki nilai yang positif bagi masyarakat dan negara.

Disisi lain sejarah ilmu politik juga termasuk dalam daftar pencetus ilmu politik dari berbagai negara, para ilmuwan politik yang hidup 2500 tahun yang silam, telah menyusun unsur- unsur, tujuan, organisasi dan permasalahan didalam negara.
Para ilmuwan politik seperti: Plato, Aristotle, kautiliya, Machievelli, Hobbes, Rousseau, Hegel, Marx, Lenin dan Gandhi, telah memberikan jalan yang baik didalam bernegara.

Para ilmuwan tersebut memiliki pandangan yang berbeda tentang politik, tetapi jika ditinjau dari segi tujuan mereka terkesan sama. Setiap individu ilmuwan tersebut mengingikan agar masyarakat bersatu didalam satu negara.

Tetapi akhir- akhir ini para pemimpin telah menyalah gunakan teori tersebut, pemimpim- pemimpin sekarang ini menyalah gunakan sistem kenegaraan. Negara bagi mereka adalah senjata untuk meraih suatu impian, mereka menciptakan neraka bagi rakyatnya sendiri, jika para ilmuwan sebelumnya bertujuan untuk bersatu, mengapa sekarang harus berpecah belah.